Sabtu, 04 April 2015

Makalah Model Pembelajaran

BAB I
PENDAHULUAN

Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal. 
Untuk dapat mengembangkan model pembelajaran yang efektif maka setiap guru harus memiliki pengetahuan yang memadai berkenaan dengan konsep dan cara-cara pengimplementasian model – model pembelajaran tersebut dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang efektif memiliki keterkaitan dengan tingkat pemahaman guru terhadap perkembangan dan kondisi siswa di kelas. Demikian juga pentingnya pemahaman guru terhadap sarana dan fasilitas sekolah yang tersedia, kondisi kelas dan beberapa faktor lain yang terkait dengan pembelajaran. Tanpa pemahaman terhadap berbagai kondisi ini, model yang dikembangkan guru cenderung tidak dapat meningkatkan peran serta siswa secara optimal dalam pembelajaran, dan pada akhirnya tidak dapat memberi sumbangan yang besar terhadap pencapaian hasil belajar siswa.
Mempertimbangkan pentingnya hal di atas maka kami sebagai calon pendidik akan membahas beberapa model – model pembelajaran secara mendalam. Model – model pembelajaran yang akan di bahas dalam makalah ini merupakan pengimplementasian dari Kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), antara lain :
1.      Model Pengajaran Langsung
2.      Pembelajaran Kooperatif  (Cooperative Learning)
3.      Pengajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction)
4.      Pembelajaran Kontekstual







BAB II
ISI
2.1. Hakikat Model Pembelajaran
Seluruh aktivitas pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru bermuara pada terjadinya proses belajar siswa. Dalam hal ini model – model pembelajaran yang dipilih dan dikembangkan guru hendaknya dapat mendorong siswa untuk belajar dengan mendayagunakan potensi yang mereka miliki secara optimal. Model – model pembelajaran dikembangkan utamanya beranjak dari adanya perbedaan berkaitan dengan berbagai karakteristik siswa. Karena siswa memiliki berbagai karakteristik kepribadian, kebiasaan – kebiasaan, modalitas belajar yang bervariasi antara individu satu dengan yang lain, maka model pembelajaran guru juga harus selayaknya tidak terpaku hanya pada model tertentu, akan tetapi harus bervariasi.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik.

2.2. Pengertian Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran sangat dekat dengan pengertian strategi pembelajaran dan dibedakan dari istilah strategi, pendekatan dan metode pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi,  metode, dan teknik. Sedangkan istilah “strategi “ awal mulanya dikenal dalam dunia militer terutama terkait dengan perang atau dunia olah raga, namun demikian makna tersebut meluas tidak hanya ada pada dunia militer atau olahraga saja akan tetapi bidang ekonomi, sosial, pendidikan.
Menurut Ruseffendi (1980), istilah strategi, metode, pendekatan dan teknik didefinisikan  sebagai berikut :
1. Strategi pembelajaran adalah separangkat kebijaksanaan yang terpilih, yang telah dikaitkan dengan faktor yang menetukan warna atau strategi tersebut, yaitu :
a.  Pemilihan materi pelajaran  ( guru atau siswa )
b.  Penyaji materi pelajaran ( perorangan atau kelompok, atau belajar mandiri
c. Cara menyajikan materi pelajaran ( induktif atau deduktif, analitis atau sintesis, formal atau non formal )
       d. Sasaran penerima materi pelajaran ( kelompok, perorangan, heterogen, atau  homogen).
2. Pendekatan Pembelajaran adalah jalan atau arah yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran  dilihat  bagaimana materi itu disajikan. Misalnya memahami suatu prinsip dengan  pendekatan induktif atau deduktif.

3. Metode Pembelajaran adalah cara mengajar secara umum yang dapat diterapkan pada semua mata pelajaran, misalnya mengajar dengan ceramah, ekspositori, tanya jawab, penemuan terbimbing dan sebagainya.

4.         Teknik mengajar adalah penerapan secara khusus suatu metode pembelajaran yang telah disesuaikan dengan kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan media pembelajaran serta kesiapan siswa. Misalnya teknik mengajarkan perkalian dengan penjumlahan berulang.
                  Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998 : 203), pengertian strategi  (1) ilmu dan seni menggunakan sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam dan perang damai, (2) rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Soedjadi (1999 :101) menyebutkan strategi pembelajaran adalah suatu siasat melakukan kegiatan pembelajaran yang bertujuan mengubah keadaan pembelajaran menjadi pembelajaran yang diharapkan. Untuk dapat mengubah keadaan itu dapat ditempuh dengan berbagai pendekatan pembelajaran. Lebih lanjut Soedjadi menyebutkan bahwa dalam satu pendekatan dapat dilakukan lebih dari satu metode dan dalam satu metode dapat digunakan lebih dari satu teknik. Secara sederhana dapat dirunut sebagai rangkaian :
 teknik          metode            pendekatan               strategi                  model
Istilah  “ model pembelajaran” berbeda dengan strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran. Model pembelajaran meliputi suatu model pembelajaran yang luas dan menyuluruh. Konsep model pembelajaran lahir dan berkembang dari pakar psikologi dengan pendekatan dalam setting eksperimen yang dilakukan. Konsep model pembelajaran untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Bruce dan koleganya.
Lebih lanjut  Ismail (2003) menyatakan  istilah Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu : 
1.       Rasional Teoritik yang logis disusun oleh perancangnya,
2.       Tujuan Pembelajaran yang akan dicapai,
3.       Tingkah Laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil dan
4.       Lingkungan belajar  yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

Pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang dirangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah Model Pembelajaran. Jadi, model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
Model Pembelajaran menurut Bruce Joys dan Marsha Weil terdiri dari empat kelompok yaitu :
1.      Model Interkasi Sosial
2.      Model Pengolahan Informasi
3.      Model Personal – humanistik dan
4.      Model modifikasi tingkah laku

2.3.  Pemilihan Model Pembelajaran Sebagai Bentuk Implementasi Strategi Pembelajaran.
               Dalam pembelajaran guru diharapkan mampu  memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Dimana dalam pemilihan  Model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Misalnya  pada model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali siswa menggunakan bermacam – macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis. Model pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh teori belajar konstruktivis. Pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama diantara siswa – siswa. Dalam model pembelajaran ini guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan; guru memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas – tugas tersebut dapat diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa.
               Tiap – tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Misalnya, model pembelajaran kooperatif memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel seperti tersedia meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Pada model pembelajaran diskusi para siswa duduk dibangku yang disusun secara melingkar atau seperti tapal kuda. Sedangkan model pembelajaran langsung siswa duduk berhadap – hadapan dengan guru. Pada model pembelajaran kooperatif siswa perlu berkomunikasi satu sama lain, sedangkan pada model pembelajaran langsung siswa harus tenang dan memperhatikan guru.
               Pemilihan model dan metode pembelajaran menyangkut strategi dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah perencanaan dan tindakan yang tepat dan cermat mengenai kegiatan pembelajaran agar kompetensi dasar dan indikator pembelajarannya dapat tercapai. Jadi, pada prinsipnya strategi pembelajaran sangat terkait dengan pemilihan model dan metode pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi bahan ajar kepada para siswanya.
               Pada saat ini banyak dikembangkan model – model pembelajaran. Menurut penemunya, model pembelajaran temuannya tersebut dipandang paling tepat diantara model pembelajaran yang lain. Untuk menyikapi hal tersebut diatas, maka perlu kita sepakati hal-hal sebagai berikut :
1.      Kita tidak perlu mendewakan salah satu model pembelajaran yang ada. Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan kekuatan.
2.      Kita dapat memilih salah satu model pembelajaran yang kita anggap sesuai dengan materi pembelajaran kita; dan jika perlu kita dapat menggabungkan beberapa model pembelajaran.
3.      Model apa pun yang kita terapkan, jika kita kurang menguasai meteri dan tidak disenangi para siswa, maka hasil pembelajaran menjadi tidak efektif.
4.      Oleh kerena itu komitmen kita adalah sebagai berikut :
a.       Kita perlu menguasai materi yang harus kita ajarkan, dapat mengajarkannya, dan terampil dalam menggunakan alat peraga.
b.      Kita berniat untuk memberikan yang kita punyai kepada para siswa dengan sepenuh hati, hangat, ramah, antusias, dan bertanggung jawab.
c.         Menjaga agar para siswa “mencintai” kita, menyenangi materi yang kita ajarkan, dengan tetap menjaga kredibilitas dan wibawa kita sebagai guru dapat mengembangkan model pembelajaran sendiri.
Model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh para guru sangat beragam. Model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat di capai dengan lebih  efektif dan efisien.

2.4. Model Pengajaran Langsung
Pembelajaran langsung merupakan suatu model pembelajaran dimana kegiatannya terfokus pada aktivitas-aktivitas akademik sehingga di dalam implementasi kegiantan pembelajaran guru melakukan kontrol yang ketat terhadap kemajuan belajar siswa. Pendayagunaan waktu serta iklim kelas yang di kontrol secara ketat pula.
Pembelajaran langsung pada umumnya dirancang secara khusus untuk mengembangkan aktivitas belajar di pihak siswa berkaitan dengan aspek pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) serta pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi) yang terstruktur dengan baik yang dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Fokus utama dari pembelajaran ini adalah pelatihan – pelatihan yang dapat diterapkan dari keadaan nyata yang sederhana sampai yang lebih kompleks. Pengajaran langsung berpusat pada guru, tetapi harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa. Disini guru menyampaikan isi akademik dalam format yang terstruktur, mengarahkan kegiatan para siswa dan menguji keterampilan siswa melalui latihan-latihan di bawah bimbingan dan arahan guru. Jadi lingkungannya harus diciptakan yang berorientasi pada tugas – tugas yang diberikan pada siswa.
Ciri-ciri model pembelajaran langsung adalah sebagai berikut:
a.      Adanya tujuan pembelajaran
Pembelajaran langsung ini menekankan tujuan pembelajaran yang harus berorientasi kepada siswa dan spesifik, mengandung uraian yang jelas tentang situasi penilaian dan mengandung tingkat ketercapaian kinerja yang diharapkan (kriteria keberhasilan).
b.      Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
Pada model pembelajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting. Pembelajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek, dan kerja kelompok. Pembelajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa.
c.       Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung
Keberhasilan metode pembelajaran langsung memerlukan lingkungan yang baik untuk presentasi dan demonstrasi, yakni ruangan yang tenang dengan penerapan cukup, termasuk alat atau media yang sesuai. Di samping itu, metode pembelajaran langsung juga bergantung pada motivasi siswa yang memadai untuk mengamati kegiatan yang dilakukan guru dan mendengarkan segala sesuatu yang dikatakannya. Pada hakikatnya, pembelajaran langsung memerlukan kaidah yang mengatur bagaimana siswa yang suka berbicara, prosedur untuk menjamin tempo pembelajaran yang baik, strategi khusus untuk mengatur giliran keterlibatan siswa, dan untuk menanggulangi tingkah laku siswa yang menyimpang.

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Langsung
Secara umum tiap-tiap model pembelajaran tentu terdapat kelebihan-kelebihan yang membuat model pembelajaran tersebut lebih baik digunakan dibanding dengan model pembelajaran yang lainnya. Seperti halnya pada Model Direct Instruction atau model pembelajaran langsung pun mempunyai beberapa kelebihan yaitu sebagai berikut:
a. Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa
b. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil
Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah
c.  Model Pembelajaran Direct Instruction menekankan kegiatan mendengarkan (melalui ceramah) sehingga membantu siswa yang cocok belajar dengan cara – cara ini. Dengan Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi, serta untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia secara langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil penelitian terkini.
d.  Model Pembelajaran Direct Instruction (terutama kegiatan demonstrasi) dapat memberikan tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan antara teori dan observasi. Dengan ini memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil – hasil dari suatu tugas dan bukan teknik – teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut
e.  Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model pembelajaran langsung digunakan secara efektif.
Selain memiliki kelebihan – kelebihan tersebut pembelajaran langsung juga memiliki kekurangan-kekurangan diantaranya sebagai berikut:
1.      Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa
2.       Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka
3.      Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat 
4.      Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan model pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi positif
5.      Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi materi yang disampaikan.
No.
Langkah-langkah
Peran Guru
1


2


3


4


5
Menjelaskan tujuan pembela-jaran dan mempersiapkan siswa

Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan

Membimbing pelatihan


Menelaah pemahaman dan memberikan umpan balik

Memberikan kesempatan untuk pelatihan dan penerapan


Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pembelajaran, pentingnya pelajaran dan memotivasi siswa

Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau memberi informasi tahap demi tahap

Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal


Guru mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik dan memberikan umpan balik

Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, khusus penerapan pada situasi kompleks dalam kehidupan sehari-hari.



Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran Langsung

2.5. Pembelajaran Kooperatif ( Cooperative Learning )
            Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok – kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda – beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
            Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial. Pembelajaran kooperatif memiliki unsur – unsur.  
Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif tersebut adalah :
1.      Saling Ketergantungan Positif
Saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif yang memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal. Tiap siswa tergantung pada anggota lainnya karena tiap siswa mendapat materi yang berbeda atau tugas yang berbeda, oleh karena itu siswa satu dengan lainnya saling membutuhkan karena jika ada siswa yang tidak dapat mengerjakan tugas tersebut maka tugas kelompoknya tidak dapat diselesaikan.
2.      Tanggung Jawab Perseorangan
Pembelajaran kooperatif juga ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian individual tersebut selanjutnya disampaikan guru kepada kelompok agar semua kelompok dapat mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan. Karena tiap siswa mendapat tugas yang berbeda secara otomatis siswa tersebut harus mempunyai tanggung jawab untuk mengerjakan tugas tersebut karena tugas setiap anggota kelompok mempunyai tugas yang berbeda sesuai dengan  kemampuannya yang dimiliki setiap individu.
3.      Interaksi Tatap Muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melalukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam ini memungkinkan siswa dapat saling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi dan ini juga akan lebih memudahkan siswa dalam belajar. 
4.      Komunikasi antar Anggota Kelompok
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi sengaja diajarkan dalam pembelajaran kooperatif ini. Unsur ini juga menghendaki agar para siswa dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, guru perlu mengajarkan cara – cara  berkomunikasi, karena tidak semua siswa mempuanyai keahlian mendengarkan dan berbicara.
5.      Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
Sintaks dari pembelajaran kooperatif adalah :
1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif

2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan cara demonstrasikan atau lewat bahan bacaan

3
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas-tugas

5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari dan juga terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok

6
Memberi penghargaan
Guru mencari caracara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok

Tabel 2.2. Sintaks Pembelajaran Kooperatif
2.5.1. Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division)
Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.
Keunggulan dari metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah adanya kerja sama dalam kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok tergantung keberhasilan individu, sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota yang lain. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
STAD terdiri dari beberapa tahapan dalam pelaksanaannya. Tahap – tahap tersebut terdiri dari :
1
Langkah 1
Guru menyampaikan materi pembelajaran ke siswa secara klasikal

2
Langkah 2
Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok (setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa yang heterogen, baik dari segi kemampuan, agama, jenis kelamin, atau lainnya).

3
Langkah 3
Dilanjutkan diskusi kelompok untuk penguatan materi (saling bantu membantu untuk memperdalam materi yang sudah diberikan)

4
Langkah 4

Guru memberikan tes individual, masing – masing  mengerjakan tes tanpa boleh saling bantu membantu diantara anggota kelompok.
5
Langkah 5



Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan individual dari skor dasar ke skor kuis
Tabel 2.3. Tahapan Pembelajaran kooperatif tipe STAD




2.5.2. Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw (Tim Ahli)
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif  yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung – jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada orang lain dalam kelompoknya. Dalam teknik ini, siswa dapat bekerja sama dengan siswa lainnya dan mempunyai tanggung jawab lebih dan mempunyai banyak kesempatan pula untuk mengolah informasi yang di dapat dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan bersosialisasi.
 Model pembelajaran seperti ini harus dioptimalkan karena dapat meningkatkan kemampuan kreatif siswa dan tentunya meningkatkan prestasi siswa. Di samping itu, pembelajaran ini juga dapat meningkatkan komunikasi siswa karena berani menyampaikan apa yang telah ia dapat kepada kelompok lain maupun kelompok sendiri, sehingga siswa yang kurang percaya diri untuk menyampaikan bisa di latih untuk lebih berani dengan pembelajaran model ini. Disini, peran guru adalah memfasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan.
Kunci tipe Jigsaw ini adalah kemandirian setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggunga jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikan.
Langkah – langkah metode pembelajaran tipe Jigsaw ini adalah :
a.       Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok (disebut dengan kelompok asal, setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang heterogen). Setiap anggota kelompok nantinya diberi tugas untuk memilih dan mempelajari materi yang telah disiapkan oleh guru.

- Misal 1 kelas: 40 anak
- Ada 5 topik yang akan dipelajari
- Kelompok asal ( 40:5 = 8 kel.)

Kelompok Asal
 








b.      Di kelompok asal, setelah masing-masing siswa menentukan pilihannya , mereka langsung membentuk kelompok ahli berdasarkan materi yang dipilih. Ilustrasinya adalah sebagai berikut:

Kelompok Asal

Kelompok Ahli

Materi A

Materi B

Materi C

Materi D

Materi E
 







c.       Setelah setiap kelompok ahli mempelajari (berdiskusi) tentang materinya masing-masing, setiap anggota dalam kelompok ahli kembali lagi ke kelompok asal untuk menjelaskan/menularkan apa-apa yang telah mereka pelajari/diskusikan di kelompok ahli. Ilustrasinya adalah sebagai berikut:

Kelompok Asal

Kelompok Ahli

Materi A

Materi B

Materi C

Materi D

Materi E
 







Gambar 2.1. Tahapan Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

d.      Dalam tipe ini peran guru lebih banyak sebagai fasilitator, yaitu memfasilitasi agar pelaksanaan kegiatan diskusi dalam kelompok ahli maupun penularan dalam kelompok asal berjalan secara efektif dan optimal.
e.       Setelah masing-masing anggota dalam kelompok asal selesai menyampaikan apa yang dipelajari sewaktu dalam kelompok ahli, guru memberikan soal/kuis pada seluruh siswa. Soal harus dikerjakan secara individual. Nilai dari pengerjaan kuis individual digunakan sebagai dasar pemberian nilai penghargaan untuk masing-masing kelompok.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran tipe Jigsaw
Kelebihan:
a.      Ruang lingkup dipenuhi ide – ide yang bermanfaat dan menarik untuk di diskusikan.
b.      Meningkatkan rasa tanggung – jawab  siswa terhadap pemahaman pembelajaran materi untuk dirinya sendiri dan orang lain.
c.       Meningkatkan kerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang di   tugaskan.   
d.      Meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan bersosialisasi untuk pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
e.       Meningkatkan kreatifitas siswa dalam berpikir kritis dan meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah yang di hadapi.
f.        Melatih keberanian dan tanggung – jawab siswa untuk mengajarkan materi  yang telah ia dapat kepada anggota kelompok lain.
Kelemahan
a.       Kondisi kelas yang cenderung ramai karena perpindahan siswa dari kelompok satu ke kelompok lain.
b.       Dirasa sulit meyakinkan untuk berdiskusi menyampaikan materi pada teman jika tidak punya rasa percaya diri.
c.       Kurang partisipasi beberapa siswa yang mungkin masih bergantung pada teman lain, biasanya terjadi dalam kelompok asal.
d.       Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi.
e.         Awal penggunaan metode ini biasanya sulit di kendalikan, biasanya butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang agar berjalan dengan baik.
f.       Aplikasi model pembelajaran ini pada kelas yang besar (lebih dari 30 siswa) sangatlah sulit. Tapi bisa diatasi dengan model “team teaching”.

2.5.3. Pembelajaran Kooperatif tipe Investigasi Kelompok ( Group Investigation )
Pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) didasari oleh gagasan John Dewey tentang pendidikan yang menyimpulkan bahwa kelas merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan di dunia nyata yang bertujuan mengkaji masalah – masalah sosial dan antar pribadi. Pada dasarnya model ini dirancang untuk membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai hal mengenai masalah itu, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan menguji hipotesis. Tahapan – tahapan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif GI adalah sebagai berikut:
a.                 Tahap Pengelompokan (Grouping)
Yaitu tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi serta mebentuk kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang. Pada tahap ini, yang pertama siswa mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan kategori – kategori  topik permasalahan kemudian siswa bergabung pada kelompok -  kelompok belajar berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki.  
b.                Tahap Perencanaan (Planning)
Tahap Planning atau tahap perencanaan tugas – tugas pembelajaran.
c.                 Tahap Penyelidikan (Investigation)
Tahap Investigation, yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa. Pada tahap ini, siswa melakukan kegiatan sebagai berikut :  pertama siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat simpulkan terkait dengan permasalahan – permasalahan yang diselidiki, kemudian masing – masing anggota kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok, lalu siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat.  
d.                Tahap Pengorganisasian (Organizing)
Yaitu tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai berikut :  pertama anggota kelompok menentukan pesan – pesan penting dalam proteknya masing – masing, kemudian  anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya, lalu wakil dari masing – masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi.
e.                 Tahap Presentasi (Presenting)
Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan pembelajaran di kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut :  pertama, penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian,  kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar, kemudian pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan. 
f.                    Tahap Evaluasi (Evaluating)
Pada tahap evaluating atau penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa.
2.5.4. Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share ( TPS )
Think-Pair – Share merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Maryland pada tahun 1985. Think – Pair – Share  memberikan kepada para siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Sebagai contoh, seorang guru baru saja menyelesaikan suatu sajian pendek atau para siswa telah selesai membaca suatu tugas. Selanjutnya guru meminta kepada para siswa untuk menyadari secara serius mengenai apa yang telah dijelaskan oleh guru atau apa yang telah dibaca. Tahapan pembelajaran kooperatif tipe Think – Pair – Share  adalah sebagai berikut :
a. Berpikir (Think) : Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri.
b. Berpasangan (Pair) : Guru meminta para siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika suatu isu khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
c. Berbagi (Share) : Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan – pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau setengah dari pasangan – pasangan  tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.

2.6. Pengajaran berdasarkan masalah ( Problem Based Instruction )
            Pengajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual ; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau stimulasi dan lain : realistis sesuai kehidupan manusia, konsep sesuai dengan kebutuhan siswa, memupuk sifat inkuiri siswa, retensi konsep menjadi kuat, memupuk kemampuan memecahkan masalah. Keterbatasan model ini antara lain :
1.      Persiapan pembelajaran kompleks
2.      Sulit mencari problem yang relevan
3.      Terjadi miss konsepsi
4.      Memerlukan waktu yang lama
Kelebihan Pembelajaran Berdasarkan Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.
1. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
2. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
3. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
4. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
5. Dapat mendorong siswa / mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandiri
6. Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang telah ia lakukan
7.  Dengan adanya pembelajaran berdasarkan masalah akan terjadi pembelajaran bermakna.
8. Dalam situasi pembelajaran berdasarkan masalah, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
9. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa / mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan  hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Langkah – langkah Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Fase
Indikator
Kegiatan Guru
1
Orientasi siswa kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif dan kreatif dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya
2
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai  dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
Tabel 2.4. Tahapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah

2.7. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Pembelajaran kontekstual memiliki 5 elemen belajar yang konstrutivistik yaitu :
1.      Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
2.      Pemerolehan pengetahuam yang baru
3.      Pemahaman pengetahuan
4.      Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman
5.      Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut
Secara garis besar langkah – langkah penerapan pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut :
1.      Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2.      Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
3.      Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4.      Menciptakan masyarakat belajar / belajar berkelompok
5.      Menghasilkan model sebagai contoh pembelajaran
6.      Melakukan refleksi di akhir pertemuan
7.      Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

Komponen-komponen dari CTL (Contextual Teaching and Learning) antara lain :
1.        Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme (Constructivismadalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut pengembang filsafat konstruktivisme Mark Baldawin dan diperdalam oleh Jean Piaget menganggap bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan hannya dari objek semata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya.
Landasan pembelajaran ini adalah bahwa siswa membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal. Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan. Oleh karena itu guru harus memfasilitasi proses tersebut dengan :
·         Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa
·         Memberi kesempatan siswa menemukan dan menetapkan idenya sendiri
·         Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar

2.        Menemukan (Inquiry)
Menemukan (Inquiry) adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencapaian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dalam model inquiry dapat dilakukan melalui beberapa langkah sistematis, yaitu :
a.         Merumuskan masalah.
b.         Mengajukan hipotesis.
c.         Mengumpulkan data.
d.        Menguji hipotesis berdasarkan data yang dikumpulkan.
e.         Membuat kesimpulan.
Langkah – langkah kegiatan inquiri adalah sebagai berikut :
v  Merumuskan masalah
v  Mengamati atau melakukan observasi
v  Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lainnya
v  Mongkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru maupun audiens yang lain

3.        Bertanya (Quesrioning)
Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingin tahuan setiap individu. Sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir.
Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :
a.          Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran.
b.          Mengecek pemahaman siswa
c.          Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar
d.          Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu.
e.          Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang diinginkan.
f.           Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sendiri.
g.          Menggali pemahaman siswa.
h.          Menyegarkan kembali pengetahuan siswa
i.            Membangkitkan respon kepada siswa

    4.        Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar (Learning Community) dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Kerja sama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain, antarteman atau antarkelompok; yang sudah tahu memberi tahu kepada yang belum tahu atau yang pernah memiliki pengalaman membagi pengalamannya kepada orang lain. Inilah hakekat dari masyarakat belajar yaitu masyarakat yang saling membagi.

5.        Pemodelan (Modeling)
Yang dimaksud dengan modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Proses modeling tidak sebatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL sebab melalui modeling  siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoristis – abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme. Guru atau ahli lain dapat menjadi model bagi siswa dalam belajar.

6.        Refleksi (Reflection)
Refleksi (Reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru di pelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang baru di terima. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses, sehingga refleksi diperlukan pada akhir proses. Realisasinya adalah :
·         Pernyataan langsung tentang apa – apa yang diperolehnya hari itu
·         Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu
7.        Penilaian Nyata (Authentic Assessment)
Penilaian nyata (Authentic Assessment) adalah proses yang dilakukan oleh guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan oleh siswa. Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak; apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa. Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus-menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar.
Karakteristik penilaian autentik :
Ø  Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran
Ø  Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif
Ø  Yang diukur keterampilan dan performansi bukan mengingat fakta
Ø  Berkesinambungan
Ø  Terintegrasi
Ø  Dapat digunakan sebagai feedback




















BAB III
PENUTUP

Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik. Tiap – tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda.
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok – kelompok. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
Pembelajaran Kooperatif memiliki beberapa tipe diantaranya :
Ø  Tipe Jigsaw (Tim Ahli)
Ø  Tipe Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Ø  Tipe STAD (Student Team Achievement Division)
Ø  Tipe Think Pair Share (TPS)
Pengajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual ; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau stimulasi dan lain : realistis sesuai kehidupan manusia, konsep sesuai dengan kebutuhan siswa, memupuk sifat inkuiri siswa, retensi konsep menjadi kuat, memupuk kemampuan memecahkan masalah.
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.







DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, C. Asri, DR. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Ferdian, Adi. 2013. Modul Belajar dan Pembelajaran. Palangkaraya : Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
Sanjaya, Wina. 2010.  Strategi  Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Grup
Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung : CV Wacana Prima.
Trianto . 2007.  Model – Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik.  Jakarta: Prestasi Pustaka
Tim Dosen . 2015. Psikologi Pendidikan. Medan : Unimed Press